Pengajian Ibu-Ibu MT ATTAQWA HMD dilaksanakan setiap hari Selasa, pukul 12.15 hingga 14.00 WIB. Kegiatan ini telah berjalan sejak awal berdirinya Majelis Ta’lim pada tahun 1992, dan alhamdulillah masih istiqomah berlangsung hingga hari ini. Semoga keberkahan dan manfaat dari pengajian ini terus mengalir dan membawa kebaikan bagi para jamaah serta lingkungan sekitarnya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Salah satu cita-cita besar Bapak—sapaan akrab untuk Ust. H. Muhammad Djamil—ketika mendirikan Majelis Ta’lim ATTAQWA adalah menyediakan wadah pembinaan keagamaan, baik untuk anak-anak dalam bentuk pengajian Al-Qur’an, maupun untuk kaum ibu melalui pengajian pekanan ini.
Beliau sangat berharap, dengan berdirinya majelis ini, kegiatan keagamaan akan tumbuh dan berkembang. Rasa bahagia tak bisa disembunyikan ketika bangunan majelis akhirnya rampung, karena itu berarti pengajian yang semula digelar di rumah, kini dapat berpindah ke tempat yang lebih layak dan representatif.
Lebih dari sekadar bangunan, Bapak menyimpan harapan besar: agar generasi penerus—baik anak-anak, menantu, maupun para muridnya—mau dan mampu melanjutkan perjuangan dakwah di MT ATTAQWA. Karena baginya, syiar Islam adalah warisan yang harus dijaga, diteruskan, dan dikembangkan.
Sejak pertama kali dibuka pada tahun 1992, Pengajian Ibu-Ibu MT ATTAQWA HMD memang difokuskan untuk membina para ibu yang belum bisa membaca Al-Qur’an dan belum memahami tata cara sholat fardhu secara benar. Oleh karena itu, materi pengajian pada masa awal lebih banyak berisi belajar membaca Al-Qur’an dari dasar dan praktik sholat, termasuk pemahaman bacaan dan niatnya.
Banyak murid yang kemudian mengaku mampu membaca Al-Qur’an dan memahami niat sholat berkat bimbingan langsung dari Mamah—sapaan akrab Ustzh. Hj. Nurasiah Djamil—dan Bapak, yakni Ust. H. Muhammad Djamil. Kesabaran dan ketelatenan mereka dalam mengajar membuat para jamaah merasa nyaman dan terus bersemangat dalam belajar agama.
Ungkapan itu mencerminkan konsistensi beliau dalam menanamkan pemahaman dasar tentang ibadah, terutama sholat sebagai tiang agama.
Awalnya, pengajian ibu-ibu ini dilaksanakan ba’da Shubuh, sekitar pukul 05.30–07.00 WIB. Namun, sekitar tahun 2010, Mamah berinisiatif mengubah jadwal menjadi siang hari ba’da Zuhur. Alasannya sederhana namun bijaksana: pagi hari banyak ibu-ibu masih sibuk dengan urusan rumah tangga, sehingga tidak bisa hadir secara maksimal. Sementara jika diadakan siang hari, pekerjaan rumah sudah selesai, sehingga mereka bisa hadir dengan lebih tenang dan fokus.
Hingga kini, pengajian ini tetap berjalan dan terus menjadi tempat belajar, bertumbuh, serta saling menguatkan dalam keimanan dan ukhuwah sesama muslimah.
Tak terasa, sudah lebih dari 30 tahun pengajian ibu-ibu MT ATTAQWA HMD berjalan sejak Majelis ini pertama kali dibangun. Dalam perjalanan panjang itu, satu per satu generasi terdahulu telah berpulang ke hadirat Allah SWT—termasuk Bapak dan Mamah, dua sosok legendaris yang menjadi penggerak dan pengasuh utama kegiatan pengajian ini.
Meski Mamah (Ustzh. Hj. Asiah Djamil) telah wafat pada tahun 2021, semangat pengajian justru tidak padam. Alhamdulillah, antusiasme jamaah justru semakin meningkat. Ibu-ibu yang dulu belum tergerak hatinya untuk hadir di pengajian, kini menjadi bagian dari barisan paling semangat yang datang setiap pekan. Mungkin karena rindu akan sosok Mamah yang lembut, hangat, dan penuh kesabaran dalam membimbing. Rindu itu mereka salurkan dengan tetap setia hadir, walau pengajarnya kini telah berganti.
Kini, estafet perjuangan diteruskan oleh generasi baru. Mereka tak hanya melanjutkan, tapi juga mengemban amanah besar—menjaga dan mengembangkan pengajian agar tetap hidup dan berkualitas. Para jamaah saat ini lebih aktif, bukan sekadar hadir, tetapi juga mencatat, memahami, dan berusaha menerapkan ilmu yang didapat. Sebagian terlihat membawa buku catatan, mencatat poin-poin penting yang disampaikan. Ini adalah tanda bahwa pengajian ini terus memberi arti, bukan hanya rutinitas.
Wajah-wajah baru pun mulai bermunculan. Mereka yang dulunya belum tersentuh oleh kegiatan majelis, kini merasa rugi jika absen. Ini adalah buah dari doa dan perjuangan para pendahulu yang ikhlas menanam benih kebaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga langkah kita dalam istiqomah, memberikan kekuatan untuk terus belajar, mengajarkan, dan menebar keberkahan.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.